Pages

Senin, 05 November 2012

Dunyo Karang Abang

Karang abang, Gusti, dunyo karang abang
Terengah-engah hari ini teh pagiku bertutur
Kala kusandingkan dengan koran penuh luka oleh bara
Tentang mencekamnya hari saat siang, tentang kelamnya hari walau penuh cahaya
Tentang senjata-senjata tak punya mata
Tentang mata-mata merah penuh amarah
Tentang adu kuat institusi, gengsi, arogansi, hingga harga diri

Karang abang, Gusti, dunyo karang abang
Berbusa-busa hari ini roti pagiku bercerita
Kala kuletakkan di depan televisi beritakan bara
Tentang percikan api dari kabel-kabel mengular semrawut
Tentang luapan air oleh sampah tak mau diatur
Tentang longsor, gunung meletus, angin badai, yang seraya kompak mendera menyerbu
Tentang tangan yang tak menuruti kata sang hati, atau hati yang menurut saja bisikan nafsu

Karang abang, Gusti, dunyo karang abang
Bercucuran pagi ini keringat kenari kecilku berkisah
Kala kubiarkan ia terbang mencari warta akan bara
Tentang kutil-mengutil proyek panas
Tentang kongkalikong harga beras
Tentang pertarungan seru suku, agama, dan ras
Tentang si anu yang gemar bobol uang kas

Karang abang, Gusti, dunyo karang abang
Negeri ini, Gusti, sedang dicekik lintah
Lintah-lintah raksasa yang tak hanya menghisap darah, tetapi bahkan seluruh kehidupan
Uang rakyat dianggap sebagai upeti
Moral bangsa diputar-putar layaknya dadu di meja judi
Masa depan anak-anaknya diserahkan saja pada kehendak globalisasi
Apalagi segala tetek bengek suku, agama, dan ras hanya akan dihargai sebagai barang komoditi
Persetan dengan persatuan
Persetan dengan budaya
Persetan dengan moral
Persetan dengan Negara
Persetan dengan harga diri

Inilah karang abang, Gusti, dunyo karang abang..

Sidoarjo, 4 Nopember 2012